todaycolombia.com – Di tengah upaya kolektif negara-negara Barat mendukung Ukraina melalui bantuan militer dan sanksi terhadap Rusia, muncul paradoks yang mencengangkan: beberapa sekutu utama Ukraina secara tidak langsung turut mendanai mesin perang Rusia melalui pembelian energi fosil.

Pendapatan Energi Rusia Melampaui Bantuan ke Ukraina

Menurut laporan dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 hingga Mei 2025, Rusia telah mengumpulkan lebih dari €883 miliar (sekitar Rp16.318 triliun) dari ekspor minyak dan gas. Angka ini jauh melampaui total bantuan militer dan finansial yang diterima Ukraina dari sekutunya. 

BBC juga melaporkan bahwa pendapatan Rusia dari penjualan bahan bakar fosil secara konsisten melampaui jumlah bantuan yang diterima Ukraina. Meskipun Uni Eropa telah memberlakukan 17 paket sanksi terhadap Rusia, impor gas alam cair (LNG) belum termasuk dalam sanksi terbaru tersebut. Uni Eropa baru menargetkan untuk menghentikan semua impor gas Rusia pada akhir 2027. 

Ketergantungan Energi Barat pada Rusia

Meskipun telah ada upaya diversifikasi sumber energi, banyak negara Eropa masih bergantung pada energi Rusia. Ketergantungan ini menciptakan dilema: di satu sisi, mereka mendukung Ukraina; di sisi lain, mereka secara tidak langsung mendanai agresi Rusia melalui pembelian energi.

Upaya Mengurangi Ketergantungan

Beberapa negara telah mengambil langkah untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia. Namun, transisi ini memerlukan waktu dan investasi besar dalam infrastruktur energi alternatif beritasumbar.org. Sementara itu, pendapatan dari ekspor energi terus mengalir ke kas Rusia, memungkinkan mereka untuk melanjutkan operasi militer di Ukraina.

 

Situasi ini menyoroti kompleksitas geopolitik dan ekonomi dalam konflik Rusia-Ukraina. Meskipun niat baik untuk mendukung Ukraina, ketergantungan energi pada Rusia menciptakan kontradiksi yang sulit dihindari. Untuk benar-benar melemahkan kemampuan Rusia dalam melanjutkan perang, diperlukan strategi yang lebih komprehensif dan koordinasi internasional yang lebih erat dalam mengurangi ketergantungan pada energi Rusia.